Kupasbima.com_BimaNTB. Proyek perbaikan deker/jembatan sepanjang jalan di desa Teta Kecemata Lambitu dari Pemerintah Daerah/PUPR Kabupaten Bima bernilai ratusan juta rupiah kini ambruk terkuras banjir beberapa hari yang lalu.
"Ada 3 titik pekerjaan diakhir tahun 2022 kemarin kini ambruk terbawa banjir dan sangat mengkhawatirkan bagi kendaraan yang melintas," Jum,at, (10/03/2023).
Curah hujan yang cukup tinggi sehingga mengakibatkan ruas jalan juga deker atau jembatan yang ada di wilayah Teta Ambruk dihantam banjir.
"Jembatan/deker di jalan Desa Teta ambruk akibat besarnya arus banjir gunung selama 2 hari pekan lalu," Ujar seorang warga.
Pantauan langsung kru media ini di lapangan bahwa proyek yang dikerjakan oleh pemerintah daerah tersebut tepatnya diakhir tahun 2022 kemarin belum maksimal dimanfaatkan sudah ambruk.
Ketiga titik jembatan, ada satu yang mengalami kondisi paling parah. Awalnya ada 5 buah gorong-gorong yang terpasang kini yang tersisa hanya 3 buah dan 2 buah lainnya sudah longsor terbawa air dengan talud sepanjang puluhan meter. Disamping itu juga lebar kiri kanan ruas jalan tinggal 3 meter sementara didepan lokasi deker yang ambruk itu ada 1 rumah warga dalam kondisi mengkhawatirkan.
Sementara di dua titik lainnya ada jembatan/deker mengalami hal yang serupa dan juga mengkhawatirkan dengan kondisi disetiap pojok jembatan taludnya udah ambruk, retak, dan sebagian besar udah terbawa air.
Kepala desa Teta Muammar Ziaudin, S.Sos yang di mintai keterangannya menyatakan bahwa ambruknya jembatan/deker pada 3 titik jalan Desa Teta ini sudah disampaikan secara langsung kepada pemerintah daerah melalui dinas tekhnis, dan sudah kami juga usulkan pada musrembang tingkat Kecematan bahkan sudah ditinjau langsung juga oleh Anggota DPRD Kabupaten Bima Bapak Edi Muhlis duta partai Nasdem minggu lalu.
"Kami minta kepada pemerintah terkait agar jalan lintas desa teta dengan kondisi jembata/deker yang sangat menghawatirkan ini agar bisa perhatikan secepatnya, karena petani kami akan memasuki masa panen sementara jalan tersebut tidak memungkinkan kendaraan truk untuk mengangkut hasil panen jagung dan padi para petani," Harap Jack Amar.
Diharapkan agar kedepan pemerintah daerah yang mendapatkan proyek agar bangunan berupa talud itu diganti dengan bronjongnisasi. Dimana mengingat wilayah dan pemukiman kami ada pada kondisi siaga bencana longsor, hal itu berdasarkan ketetapan dari BPBD beberapa tahun.
"Ketetapan BPBD tersebut, maka lebih baik bronjong dari pada membangun talud agar lebih aman dari longsor". Tutup Kades. (KB 002*/Red).
0 Komentar