Mapala "Londa" Angkat Bicara Persoalan Tumpahnya Minyak Mencemari Teluk Bima

 


BimaNTB_Kupasbima.com. Minyak bumi dan turunannya dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menghasilkan ribuan produk yang kita gunakan setiap hari. Tumpahan minyak meracuni banyak hewan dan manusia di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut mengundang rasa prihatin oleh sejumlah kelompok pemerhati lingkungan dan juga komunitas pecinta alam Bima. Seperti yang diketahui secara seksama bahwa kejadian ini terjadi dipantai lawata Kota Bima dan sekitarnya. Senin (25/04/2022).

Seorang dosen STKIP Bima Saifullah, M. Pd yang dimintai tanggapannya menyampaikan, Besar dugaan kami bahwa ini diakibatkan oleh tumpahan minyak. Dari informasi tim kami dilapangan bahwa ada salah seorang warga Ismail 35 tahun menyatakan, bahwa tadi malam di sekitar areal itu tercium aroma BBM yang menyengat, dan sempat dikira tumpahan BBM dari kendaraan yang lewat. 

"Adanya rasa penasaran akhirnya diperiksa sepanjang jalan namun tidak ditemukan. Pagi harinya dikejutkan dengan fenomema ini, jadi mungkin saja kalau ini terjadi karena tumpahan minyak", ungkapnya.

Sementara tim Mapala "Londa" STKIP Bima yang merupakan salah satu komunitas pecinta alam langsung turun ke lapangan. Berdasarkan pantauan mereka ditemukan adanya permukaan air laut sudah berwarna coklat, berbusa dan berbau.

"Hal ini dapat disimpulkan bahwa dilokasi tersebut telah terjadi reaksi kimia. Sehingga banyak orang menyimpulkan bahwa yang terjadi adalah blooming alga, laut dipenuhi lumut laut/ganggang. Namun kami meyakini bahwa kejadian tersebut berasal dari kebocoran pipa minyak/tumpahan minyak depot PT. Pertamina (Persero) cabang Bima". Tegas Malala Londa melalui ketuanya sdra. Mashudin.

Disisi lain, Saifullah menegaskan, ada yang menyebabkan terjadinya fenomena alam EMULSI. Dari hasil kajian kami bahwa Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak tergabung seperti minyak dan air. Emulsi ini merupakan tipe oil in water atau minyak dalam air adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.

"Dimana minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase ekxternal, yang kemudian kalau tidak segera ditangani secara serius akan menyebakan kerusakan terhadap lingkungan seperti : Kematian organisme Lokal, Perubahan reproduksi dan tingkah laku organisme, Bau lantung serta mengganggu kegiatan budidaya perikanan". Tegas Ipul.

Lanjutnya, Oleh karena demikian kami mengharapakan kepada dinas terkait yakni DKP, DLH dan dinas terkait lainya agar segera melakukan observasi/pemetaan potensi kerusakan ekosisten sekitar dan menindak tegas oknum yang bertanggung jawab atas kejadian kerusakan ekosistem tersebut.

"Jika kejadian tersebut tidak ditangani serius maka akan banyak ekosistem yang dihancurkan". Tutupnya. (KB 001*/Tim).

Posting Komentar

0 Komentar